Kamis, 23 Desember 2010

KLASIFIKASI TIPE HUTAN BERDASARKAN FORMASI KLIMATIS


1). Hutan Hujan Tropika
Tipe hutan ini terdapat di wilayah yang memiliki tipe iklim A dan B, jenis
tanah didominir oleh jenis litosol, alluvial dan regosol dan berjarak relatif jauh
dengan pantai. Terdiri dari :
- Hutan hujan tropika bawah (0-1000 m dpl).
Hutan ini didominir oleh famili Dipterocarpaceae, terutama genus Shorea,
Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops dan Cotilobium. Jenis lain yang
dijumpai adalah dari famili Lauraceae, Myrtaceae, Myristicae dan Ebenaceae.
- Hutan hujan tropika tengah (1000-3300 m dpl).
Hutan ini umumnya didominir oleh genus Quercus, Catanopsis dan Nothogus.
Di Aceh dan Sumatera Utara terdapat Pinus merkusii dan di Jawa Tengah
terdapat Albizia motana. Di Sulawesi terdapat kelompok Agathis sp dan
Podocarpus dan di Jawa Timur terdapat kelompok Casuarina spp.
- Hutan hujan tropika atas (3300-4100 m dpl).
Umumnya merupakan kelompok-kelompok yang terpisah-pisah oleh padang
rumput dan belukar. Di Irian Jaya terdapat jenis Dacrydium, Libercedrus dan
Podocarpus.
©2004 Digitized by USU digital library 2
2). Hutan Musim
Tipe hutan ini dijumpai pada daerah yang memiliki tipe iklim C dan D.
- Hutan musim bawah (0-1000 m dpl).
Jenis pohon yang merupakan ciri khas hutan ini di Jawa, diantaranya adalah
jenis Tectona grandis, Acacia leucoploea, Azideracta indica dan Caesalpinia
dugiana. Di kepulauan Nusa Tenggara terdapat Eucalyptus alba, Santalum
album, sedangkan di Maluku dan Irian Jaya dijumpai adanya jenis Melaleuca
leucadendron, Eucalyptus spp dan Timonius ceppycus.
- Hutan musim tengah dan atas (1000-4100 m dpl).
Jenis-jenis yang merupakan ciri khas untuk tipe hutan ini adalah di Jawa
Tengah dan Jawa Timur Casuarina junghuiana dan Indonesia Timur
Eucalyptus spp. Dan di Sumatera Pinus merkusii.
3). Hutan Gambut
Hutan ini terletak pada daerah yang mempunyai iklim tipe A dan B dengan
jenis tanah organosol yang memiliki gambut setebal 50 cm atau lebih. Di
Indonesia terdapat di sepanjang Sungai Barito, Kalimantan Selatan dan Irian
Jaya bagian Selatan.
Jenis pohon yang mendominasi diantaranya adalah Alstonia spp, Dyera
spp, Diospyros serta Myrestica. Di Sumatera Selatan dan di Kalimantan banyak
dijumpai je nis Gonystylus spp.
III. KLASIFIKASI TIPE HUTAN BERDASARKAN FORMASI EDAFIS
1). Hutan Rawa
Tipe hutan ini dapat dijumpai pada daerah-daerah yang selalu tergenang
air, tidak terpengaruh oleh iklim. Pada umumnya terletak di belakang hutan payau
dengan jenis tanah alluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon yang
mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk.
2). Hutan payau
Penyebaran hutan ini terdapat pada daerah-daerah pantai yang selalu teratur
tergenang oleh air laut dan terpengaruh pasang surut.
Jenis pohon utama adalah Avecenia spp, Sonneratia spp, Rhizophora spp dan
Bruguera spp.
3). Hutan pantai
Terdapat di daerah-daerah kering tepi pantai, tidak terpengaruh oleh iklim,
tanah berpasir dan berbatu-batu dan terletak di garis pasang tertinggi.
Jenis pohon yang terdapat diantaranya adalah Barringtonia speciosa, Terminalia
cattapa, Callophyllum inophylum, Hibiscus tiliaceus, Casuarina equisetifolia dan

LAPISAN ATMOSFER BUMI DAN FUNGSINYA

 A. ATMOSFER
            Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran bumi. Perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya masa udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam atmosfer yang dapat menimbulkan arus angin.
            Pada lapisan atmosfer terkandung berbagai macam gas. Berdasarkan volumenya, jenis gas yang paling banyak terkandung berturut-turut adalah nitrogen (N2) sebanyak 78,08%, oksigen (O2) sebanyak 20,95%, argon sebanyak 0,93%, serta karbon dioksida (CO2) sebanyak 0,03%. Berbagai jenis gas lainnya jufga terkandung dalam atmosfer, tetapi dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah, misalnya neon (Ne), helium (He), kripton (Kr), hidrogen (H2), xenon (Xe), ozon (O3), metan dan uap air.
            Di antara gas-gas yang terkandung di dalam atmosfer tersebut, karbon dioksida dan uap air terkandung dalam konsentrasi yang bervariasi dari tempat ke tempat, serta dari waktu ke waktu untuk uap air. Keberadaan atmosfer yang menyelimuti seluruh permukaan bumi memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan hidup berbagai organisme di muka bumi. Fungsi atmosfer antara lain :
1. Mengurangi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi pada siang hari dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari.
2. Mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan bumi
3. Menyediakan okisgen dan karbon dioksida.
4. Sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke bumi.
            Peran atmosfer dalam mengurangi radiasi matahari sangat penting. Apabila tidak ada lapian atmosfer, suhu permukaan bumi bila 100% radiasi matahari diterima oleh permukaan bumi akan sangat tinggi dan dikhawatirkan tidak ada organisme yang mampu bertaham hidup, termasuk manusia.
            Dalam mendistribusikan air antar wilayah di permukaan bumi, peran atmosfer ini terlihat dalam siklus hidrologi. Tasnpa adanya atmosfer yang mampu menampung uap air, maka seluruh air di permukaan bumi hanya akan mengumpul pada tempat yang paling rendah. Sungai-sungai akan kering, seluruh air tanah akan merembes ke laut, sehingga air hanya akan mengumpul di samudera dan laut saja. Pendistribusian air oleh atmosfer ini memberikan peluang bagi semua mahluk hidup untuk tumbuh dan berkembang di seluruh permukaan bumi.
            Selain itu, atmosfer dapat menyediakan oksigen bagi mahluk hidup. Kebutuhan tumbuhan akan CO2 juga dapat diperoleh dari atmosfer.
Berdasarkan perbedaan suhu vertikal, atmosfer bumi dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu :
a.       Troposfer
            Lapisan ini merupakan lapisan yang paling bawah, berada antara permukaan bumi sampai pada ketinggian 8 km pada posisi kutub dan 18 – 19 km pada daerah ekuator. Pada lapisan ini suhu udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Setiap kenaikan 100 meter temperaturnya turun turun 0,5 oC. Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting, karena berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang merupakan habitat dari berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta karena sebagain besar dinamika iklim berlangsung pada lapisan troposfer.
            Susunan kimia udara troposfer terdiri dari 78,03% nitrogrn, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon.
            Di dalam lapisan ini berlangsung semua hal yang berhubungan dengan iklim. Walaupun troposfer hanya menempati sebagian kecil saja dari atmosfer dalam, akan tetapi, 90% dari semua masa atmosfer berkumpul pada lapisan ini. Di lapisan inilah terbentuknya awan, jatuhnya hujan, salju, hujan es dan lain-lain.
            Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan, yaitu awan rendah (cumulus), yang tingginya antara 0 – 2 km; awan pertengahan (alto cumulus lenticularis), tingginya antara 2 – 6 km; serta awan tinggi (cirrus) yang tingginya antara 6 – 12 km.
Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
1.       Lapisan Udara Dasar
      Tebal lapisan udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad hidup di dalam tanah.
2.       Lapisan Udara Bawah
      Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
3.       Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
      Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km. Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.
4.       Lapisan Udara Tropopouse
      Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara – 57 o C sampai – 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).
b.       Stratosfer
            Merupakan bagian atmosfer yang berada di atas lapisan troposfer sampai pada ketinggian 50 – 60 km, atau lebih tepatnya lapisan ini terletak di antara lapisan troposfer dan ionosfer.
            Pada lapisan stratosfer, suhu akan semakin meningkat dengan meningkatnya ketinggian. Suhu pada bagian atas stratosfer hampir sama dengan suhu pada permukaan bumi. Dengan demikian, profil suhu pada lapisan stratosfer ini merupakan kebalikan dari lapisan troposfer.
            Ciri penting dari lapisan stratosfer adalah keberadaan lapisan ozon yang berguna untuk menyerap radiasi ultraviolet, sehingga sebagian besar tidak akan mencapai permukaan bumi.
            Serapan radiasi matahari oleh ozon dan beberapa gas atmosfer lainnya menyebabkan suhu udara pada lapisan stratosfer meningkat. Lapisanstratosfer tidak mengandung uap air, sehingga lapisan ini hanya mengandung udara kering. Batas lapisan stratosfer disebut stratopouse.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o C sampai -55o C.
2. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl, dengan suhu – 50o C sampai + 50o C.
3. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.
c. Mesosfer
            Mesosfer terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50 – 70 km. Suhu di lapisan ini akan menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian. Suhunya mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan mencapai -72 oC di ketinggian 75 km. Suhu terendah terukur pada ketinggian antara 80 – 100 km yang merupakan batas dengan lapisan atmosfer berikutnya, yakni lapisan mesosfer. Daerah transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah – 110o C .


d. Lapisan Termosfer
            Berada di atas mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juda disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan meningkaknya ketinggian. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu :
1.       Lapisan Udara E
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini berkisar – 70o C sampai +50o C .
2.       Lapisan udara F
Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.]
3.       Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C .
e. Ekosfer atau atmosfer luar\
         Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause.
Ø Ozon Dalam Atmosfer
            Ozon adalah zat oksidan yang kuat, beracun, dan zat pembunuh jasad renik yang kuat juga. Ozon biasanya digunakan untuk mensterilkan air isi ulang, serta dapat juga digunakan untuk menghilangkan warna dan bau yang tidak enak pada air.
            Ozon terbentuk secara alamiah di stratosfer. Pembentukan dan perusakan ozon di stratosfer merupakan mekanisme perlindungan bumi dari sinar UV dari matahari. Di troposfer ozon terbentuk melalui reaksi fotokimia pada berbagai zat pencemar udara.
            Ozon terdapat dalam lapisan stratosfer dan juga dalam lapisan troposfer. Ozon yang terdapat dalam stratosfer berfungsi melindungi manusia dan mahluk hidup di bumi dari penyinaran sunar UV. Sedangkan ozon yang terdapat pada lapisan troposfer memiliki efek yang berbeda terhadap bumi dan mahluk hidup di dalamnya, walaupun susunan kimianya sama. Ozon di troposfer ini bersifat racun dan merupakan salah satu dari gas rumah kaca. Selain itu, ozon di troposfer juga menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, cat, plastik dan kesehatan manusia.
            Ozon memiliki rumus kimai O3, menyerupai rumus kimia molekul oksigen O2 dengan sebuah atom oksigen lebih banyak. Pada suhu kamar ozon berupa gas, terkondensasi pada suhu -112 oC menjadi zat cair yang berwarna biru. Ozon yang cair ini akan membeku pada -251,4 oC, sedangkan pada suhu di atas 100 oC ozon dengan cepat mengalami dekomposisi.
            Dari molekol O2, melalui reaksi. Ozon yang terbentuk akan kembali pecah menjadi molekul oksigen. Dalam alam, pembentukan dan destruksi ozon ada dalam keadaan seimbang, sehingga kadar ozon terdapat dalam keseimbangan dinamik. Kedua reaksi ini secara efektif dapat menghalangi sinar UV ekstrem dan UV-C serta sebagian besar sinar UV-B untuk sampai ke bumi. Inilah mekanisme alam yang melindungi bumi dan penghuninya dari penyinaran UV gelombang pendek yang berbahaya bagi kehidupan. Kedua reaksi ini juga mengakibatkan naiknya suhu di dalam stratosfer dibandingkan suhu di troposfer.
            Kira-kira 3 milyar tahun yang lalu, sebagai hasil evolusi di bumi muncul mahluk hidup yang berklorofil, mulailah terjadi proses fotosintesis yang salah satu hasilnya adalah O2. semakin lama, kadar O2 semakin tinggi, sehingga semakin meningkat kadar ozon yang terbentuk. Dengan demikian, semakin banyak pula sinar UV gelombnag pendek yang terhalang oleh lapisan ozon untuk sampai ke permukaan bumi. Dan inilah cikal bakal kehidupan di daratan.
            Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pertambahan jumlah oenduduk dan kemajuan industri serta pembangunan mengakibatkan lapisan ozon ini mulai berlubang. Lubang ozon ini sangat merisaukan karena dengan berkurangnya kada ozon berarti semakin bertambah sinar UV-B yang akan sampai ke bumi. Dampak bertambahnya sinar UV-B ini akan sangat besar terhadap mahluk hidup di bumi.
            Terjadinya lubang ozon ini diakibatkan adanya peningkatan kadar NOx dari pembakaran bahan bakar pesawat, naiknya kadar N2O karena akibat pembakaran biomassa dan oenggunaan pupuk, dimana N2O ini merupakan sumber terbentuknya NO.
            Selain itu, zat kimia yang kita kenal clorofuorocarbon atau CFC berpengaruh sangat besar terhadap perusakan ozon. CFC ini adalah segolongan zat kimia yang terdiri atas tiga jenis unrus, yaitu klor (Cl), fluor (F) dan karbon (C). CFC inilah yang mendominasi permasalahan perusakan ozon dan menjadi zat yang sangat dicurigai sebagai penyebab terjadinya kerusakan ozon. CFC ini tidak ditemukan di alam, melainkan merupakan zat hasil rekayasa manusia. CFC tidak beracun, tidak terbakar dan sangat stabil karena tidak  mudah bereaksi. Karenanya menjadi zat yang sangat ideal untuk industri. CFC banyak digunakan sebagai zat pendingin dalam kulkas dan AC mobil (CFC-12), sebagai bahan untuk membuat plastik busa, bantal kursi dan jok mobil (CFC-11), campuran CFC-11 dan CFC-12 digunakan untuk pendorong aerosol, serta CFC-13 yang biasa digunakan dalam dry cleaning.
Ø Dampak Lubang Ozon
            Lapisan ozon di stratosfer dapat menyerap seluruh sinar UV ekstrem dan UV-C serta sebagian besar sinar UV-B. Di katulistiwa, pada keadaan terang tak berawan sekitar 30% sinar UV-B dapat sampai ke bumi. Semakin jauh dari katulistiwa, UV-B yang sampai ke bumi semakin berkurang. Akan tetapi, pada musim panas penyinaran UV-B di daerah yang jauh dari katulistiwa tidak berbeda jauh dengan di katulistiwa.
            Dengan semakin berkurangnya lapisan ozon, maka sinar UV-B yang diserap bumi semakin besar. Karena sinar yang bergelombang pendek ini memiliki energi yang tidur, maka berpengaruh besar terhadap sel hidup dan mengakibatkan kematian jasad renik.
            Sinar UV-B juga mempunyai dampak negatif pada mahluk tingkat tinggi, baik hewan maupun tumbuhan. Pada tumbuhan, menipisnya lapisan ozon akan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang selanjutnya menyebabkan turunnya laju pertumbuhan daun dan batang serta penurunan berat kering total sehingga hasilnya akan berkurang. Selain itu dapat juga mempengaruhi produktivitas hutan, mengakibatkan gangguan pada ekosistem akuatik, serta mengakibatkan penyakit kanker kulit, penyakit katarak serta menurunnya daya imunitas pada manusia. Dengan berkurangnya daya imunitas oranng menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi termasuk virus herpes dan lepra.
Ø Mekanisme Pembentukan Lubang Ozon di Antartika
            Pada bulan Agustus – Oktober 1987 diadakan penelitian untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya lubang ozon di Antartika. Penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim Internasional, yang dikenal dengan Airborne Antartic Ozone Experiment. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada musim dingin, daerah lubang ozon dibatasi oleh pusaran angin pada 60o Lintang Selatan. Dengan adanya pusaran angin itu, daerah di atas Antartika merupakan daerah dengan udara yang tenang yang terisolasi dari daerah sekitarnya. Daerah ini disebut botol kungkungan (containment vessel). Kerusakan ozon terutama terjadi pada ketinggian 14 dan 24 km. Di daerah ini terdapat kadar CFC yang rendah dan ClO (klormonoksida) yang merupakan perusak ozon yang berasal dari CFC.
            Pada musim dingin, di Antartika matahari tidak bersinar selama berbulan-bulan. Karena udara terisolasi oelh adanya pusaran angin dan karena udara terus memancarkan radiasi inframerah ke angkasa, sedangkan matahri tidak bersinar, suhunya terus turun. Pada suhu -78 oC, terjadilah awan yang terutama terdiri dari kristal asam nitrat.
Terjadinya lubang ozon di Antartika ini dimungkinkan karena kondisi atmosfer yang khusus. Suhu yang sangat rendah pada musim dingin ini memungkinkan terjadinya reaksi kimia peusakan ozon dalam musim semi berikutnya.
Terbentuknya pusaran angin itu dimungkinkan juga karena naiknya kadar gas rumah kaca yang menghalangi lepasnya panas dari bumi ke angkasa, sehingga suhu stratosfer lebih dingin.
            Di samping daerah utama perusakan ozon terdapat pula ”lubang mini” di luar daerah botol kungkungan sampai pada garis lintang 45o Selatan di atas ujung selatan Amerika Selatan, Australia dan Selandia Baru.. Masing-masing lubang mini hanya berumur beberapa hari saja, kemudian menghilang. Akan tetapi, pada pertengahan bulan September beberapa lubang mini muncul bersamaan dan bergabung menjadi satu.


DAFTAR PUSTAKA

Heddy, Suwasono., Sutiman B. Soemitro dan Sardjono Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. CV. Rajawali. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Pamungkas, Putra. 2006. Lithosfer. (www.wordpress.com, diakses 27 September 2007).



FAKTOR GENETIK DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI FOTOSINTESIS


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas izin dan kesempatanNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas suci ini dengan baik dan saksama, karya ilmiah yang berjudul “ Faktor Genetik dan Faktor lingkungan Yang mempengaruhi Foto Sintesis “ merupakan sebuah teori yang diasukan oleh dosen kepada kami, namun dengan metode yang cesth keilmiahan  ini saya sebagai penulis juga dapat berproses dalam dunia sainc, dan dengan hal ini saya juga dapat melati untuk  mengetahui dan mengembangkan privasi-privasi pikiran saya.
Teori ini juga merupakan bagian penting dalam program studi, jadi selayaknya dijadikan sebagaibahan ilusioner dan kajian ilmiah agar dapat bermanfaat bagi saya. Dan mungkn ulasan teori ini belum dapat sempurna sesuai dengan yang aslinya, namun itu saya sebag penulis mohon maaf atas kesalahan perupa tulisan dan kata-katanya. Dan apa bla pembaca dapat menemukan kesalahan mohon diberisaran dan keritikan dalam hal untuk membangunaar karyah ini dapat bermanfat bagi kita dan generasi selanjutnya.
Ucapan terimakasi yang takterhingga kepada Bapak Dosesn Pengasu, muda-mudahan ilmu yang bapak berikan punya makna yang sangat besar bagi kami, dan hanya Tuhan Yang Maha Besarlah yang dapat membalas budi bakti bapak. Dan semoga bapak Di rihdai di sisi Allah SWT Tuhan semesta alam.












DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….………...iii
BAB    I           PENDAHULUAN…………………..…………………………..………1
I.I    Latar belakang………………………………………………………1
I.2    Tujuan…………………………………………1
BAB    II         PMBAHASAN…………………………………2
            2.1       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Foto Sintesis………………5
                        A.  FAKTOR GENETIKA………………………………………………………5
                        1. Konsentrasi Air………………………………………………….5
                        2. Ketersediaan CO2…………………………………………………5
                        3. 3. Pengaruh Cahaya……………………………………………………….6
                        B. FAKTOR LINGKUNGAN………………………..7
                        a.  Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan………………………….7
                        b.  Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara……………………….7
                        c.  Faktor Cahaya Matahari…………………………………..7
                        d.  Faktor Hormon………………………………………………….7
BAB    III.       PENUTUP………………………………..…….8
                        3.1       Kesimpulan…………………………….…….…8
                        3.2       Saran……………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………….…………………viiii


BAB    I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
            Latarbelakan penulisan, dalam hal ini yang melatarbelakani penulis dalam membuat karyah ilmiah ini adalah bersifat diskriptif dan informatik dimana, teori yanh penulis rangkum ini melalui media elektronik dan system web site.
1.2              Tujuan Penulisan
            Uraian materi factor genetic dan factor lingkungan ini bertujuan untuk memotivkan para maha siswa dan maha siswi agar dapat megetahui dan menaplikasikan ilmu ini dengan baik, dan tujua penulisan ini merupakan sebua momem untuk merefleks teori kualitatif ilmiah, agar menjadi desains dalam dunia global sa’at-sa’at ini. Dan tujuan ini pula bernia untuk membangun maha siswa-maha siswi di bumi darussala ambon menjadi maha siswa yang berbakat dan berkualitas












BAB  II
PEMBAHASAN
A.   FAKTOR GENETIKA
            Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan. Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan. Untuk lebih memahami, mari cermati uraian berikut ini.
            Tumbuhan dikelompokan menjadi tumbuhan C-3, C-4 dan CAM. Perbedaan akan mempengaruhi kemampuan atau evusiensi tumbuhan dalam mensintesia karbohodrat. Perbedaan antara spesies tumbuhan C-4 secara umum mempunyai laju fotosintesis yang tertinggi, sementara tumbuhan CAM memilki laju foto sintesis Yang terendah. Tumbuhan C-3 berada diantara ke dua ekstrim tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena sistem kanopi pohon dan semak. Dimana banyak daun yang saling menutupi sehingga eintensitas cahaya yang diterima oleh daun-daun yang ternaungi akan lebih rendah. Organ-organ penampung yang berfungsi sebagai lingbung (sink).
            Tumbuhan dengan laju foto sintesis yang tinggi, juga menunjukan jalu trans likadsi yang tinggi pula. Jadi trans lokasi foto sintak yang cepat akan memacu laju fiksasi CO2, sementara akumulasi foto sintat pada daun akan menghambat laju foto sintesis. Mekanisme hambata laju foto sintesis karena terjadi akumulasi foto sintat pada daun belum jelas.
2.FAKTOR LINGKUNGAN
1. Ketersediaan air
Untuk tumbuhan tingkat tinggi, agaknya laju foto sintesi paling dibatasi oleh ketersediaan air. Secara sederhana hal ini dapat dilihat bahwa gurun merupakan ekosistem yang tidak produktif, sebaliknya hutan hujan trop[is merupakan ekosistem yang sangat produktif kekurangan air dapa menghambat laju foto sintesis terutama karena mempengaruhi terhadap turguditas sel penjaga stomata. Hal ini menyebabkan stomata menutup.
2.Ketersediaan CO2.
CO2 merupakan bahan baku sintesis karbohidrat. Kekurangan CO2 tentu akan menyebabkan penurunan laju foto sintesis. Akan tetapi CO2 tersedia dalam jumlah yang besar di udara. Yakni sekitar 335 ppm.
Perbedaan titk kompensasi CO2 untuk tumbuhan C-3 dan C-4 secara gramatis dapat ditunjukan dengan menempatkan kedua jenis tumbuhan tersebut didalam sungku udara tetapi tembus cahaya. Kedua tumbuhan ini tidak ditanam pada media tanah untuk menghindaripenambahan CO2 oleh mikro bia tanah. Karena tertutup maka kedua tumbuhan ini akan menggunakan CO2 yagn ada sampai tercapai titik kompensasi CO2 untuk tumbuhan C-3. Ketersediaan CO2 dapat menjadi faktor pembatas hanya pada kondisi tertentu misalnya didalam rumah kaca yang tertutup rapat )9 pada musim dingin didaerah uyang memiliki empat musim ) atau pada kondisi udara yang sangat tenang, tidak ada angin sehingga CO2  hanya bergerak secara divusi molekuler.
3. Pengaruh Cahaya
Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi anabolek foto sintesis jelas kan mempengaruhi terhadap laju foto sintesis tersebyut . Secara umum, fiksasi CO2 maksimum terjadi sekitar tengah hari yankni pada saat intensitas cahaya mencapai puncaknya. Cahaya mempengaruhi foto dsintesis secara kuantitatif, pertama harus di telaa beberapa bangak energi cahaya yang di sediakan oleh matahari. Pada batas atas atmosver pada jarak bumi – matahari rata-rata, total radiasi matahari (termasuk cahaya infra mera dan ultrafiolet).
Pada intensuitas cahaya yang sangat rendah hasilan CO2 dari proses respirasi dapat melampaui jumlah CO2 yang diviksasi melalui foto sintesis. Intensitas cahaya pada saat laju fiksasi CO2 ( foto sintesis ) setara dengan laju pembebasan CO2 (resperasi ) disebut sebagai titik kompensasi cahaya. Intensitas cahaya pada saat titik kompensasi cahaya tercapai adalah beragam antara species tumbuhan dan dipengaruhu oleh intentsitas cahaya yang bisa diterima oleh tumbuhan tersebut selama masa pertumbuhannya, suhu pada saat pengukurannra, dan konsentrasi CO2 udara.
B.     FAKTOR LINGKUNGAN
            Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.[1] Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.[1] Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.[1] Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.[1] Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.[1] Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri



Faktor yang mempengaruhi foto sintesis pada lingkungan adalah diantaranya :
 1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang. Mengenai hormon tanaman akan dijelaskan pada artikel lain yang dapat dicari melalui fitur pencarian di sebalan kiri situs organisasi.org ini.












DAFTAR PUSTAKA





http://lordbroken.wordpress.com/2010/04/14/penanganan-limbah-biohidrogen/